Welcome to Hidden Leaf!

Welcome, welcome!

Powered By Blogger

This is the doomsday!

Sunday, September 30, 2007

I Have a Big Brother Now!!!


Diantara kalian ada yang punya kakak?

Aku pingin banget punya kakak. Pengennya sih kakak cowok. Kan enak diajak maen PS ato maen bola. Udah gitu lebih easy going lagi...coba aja kakak cewek, kerjanya shopping and pacaran mulu.

Tapi, aku serasa punya kakak sekarang. Berkat Riddle. Dia udah kayak kakakku aja, dan aku anggep begitu, walo dia nggak tahu. Masa bodo deh.

BTW, dari kemaren ada acara di skul. Pagi-pagi, jam 7 (yups, jam 7! Anak-anak masih pada molor tuh!) anak-anak OSIS dan MPK harus masuk buat jadi orang-di-belakang-meja karena ada bazaar buat orang-orang se-RT situ, dagang baju murah. Seru sih. Yang tadinya 1000 terus 500, terus gratis...yang ceban lama-lama jadi goceng, trus 2500, sampe akhirnya di detik-detik penghabisan ada seorang pemuda bertampang konyol yang ngeliat mukanya aja aku udah pengen ketawa melakukan transaksi menguntungkan untuk dirinya sendiri, 2 baju bermerek (bekas sih) dia berhasil dapatkan gratis. Waktu bazaarnya itu lucu, kadang Kak Amany pake mike tereak-tereak ato malah kadang Kak Tiara, tereak “Sayang anak, istri, suami, sayang buyut cang cing nyak babe...” dan masih ada lagi, pokoknya silsilah betawi deh. Aku juga samar-samar ngeliat dari sudut mataku Riddle bawa-bawa tas aneh Teddy Bear yang ancur gila jelek banget, dia berusaha mempromosikannya sampe akhirnya dibeli bapak-bapak yang udah ga kuat bawa barang segitu banyak.

Next, karena udah selese, anak-anak boleh pulang karena buat siap-siap jam 3 sore nanti kita nginep, ada buka puasa+sahur bersama. Tadinya aku mau pulang namun, seperti kecenderungan aku dan Riddle, akhirnya males pulang deh. Aku cuma nelpon ke rumah minta anter tasnya. Terus kita-kita, yaitu aku, Febi, Keiko, Rifda, Asti, dan Rani akhirnya naek angkot ke rumahnya Rani. Diantara kami semua, cuma aku dan Febi yang puasa—laennya lagi engga tuh. Tadinya anak-anak selaen aku dan Febi mau minum, tapi kasihan ngeliat kita berdua akhirnya nggak jadi deh. Terus mereka semua sibuk ngelus-ngelus kucingnya Rani, Emprit. Aku nggak tertarik, soalnya aku dah punya kucing sih di sekolah, namanya Naruto, tapi biasa dipanggil Naru-Chan aja. Dia akrab banget sama aku, sejak pertama kali ketemu dia udah nempel-nempel.

Back to the topic, abis itu kita misah, Keiko dan Febi mao ke rumah Febi, sementara kite-kite yang lain balik ke skul terus tidur.

Sekitar jam 2 Keiko dan Febi dateng, siake baru setengah jam tidur tau. Trus anak-anak dateng, dan kita solat asar trus dengerin ceramah dari ustadz Subhan Wabazier ato apalah namanya itu, trus buka puasa. Kak Amany, Kak Reta, dan Kak Alfi ngebagi-bagiin kurma mereka. Sumpah enak abis, kurmanya manis dan renyah banget, ditambah bijinya udah dikeluarin dan diganti dengan keju batangan. Widih doyan dah.

Trus, sebelum taraweh, sesudah makan malem (aku ngasih ayamku seluruhnya ke Naru-Chan soalnya aku nggak suka ^^), aku neliat pertunjukan Cinderasti (gabungan dari Cinderella dan Asti—maksa, :p) yang dimaenin Asti dan Syanaz. Kocak deh, Syanaz itu kan pendek banget, jadi dia naik kursi supaya jadi kelihatan kayak ibu tiri. Kita semua yang nonton ketawa 5 menit non stop, lagian kocak banget sih.

However, kita isya trus taraweh, trus tadarus trus minum susu coklat, trus minum Pocari Sweat gratis soalnya yang ngesponsorin acara ini ya Pocari, trus tidur.

Jam 3 pagi, kita dibangunin buat solat tahajud dan sahur dan solat subuh, trus beres-beres dan pulang. Jumlah anak-anak menyurut dengan cepat, sehingga jam 6:15 aja cuma tinggal aku, Riddle, Kak Ilham, Kak Tiara, Kak Alfi, dan Kak Rani.

Kalo ngeliat pemandangan kami pasti aneh deh. Kak Ilham lagi nyiumin Sakura (kucing betina yang baru aja kita temuin tadi pagi, Naru-Chan kalo ketemu dia langsung ngibrit—aku ngabisin lima menit sendiri berusaha ngebujuk Naruto keluar dari balik tanaman berduri yang bikin tanganku luka), Kak Rani lagi baca komik, Kak Alfi dan kak Tiara lagi nyobain naek motor guru, Riddle lagi duduk di kursi belakang meja guru piket, sementara aku duduk di bawah di sebelah kursi Riddle, kepalaku terkulai ke pinggang kakakku itu, aku hampir tertidur.

Kita lewatin aja bagian itu (kegiatannya mencakup aku dan Kak Ilham ngerjain Riddle—dia tuh takut banget sama kucing, dia sampe teriak “Sa!” dengan nada putus asa yang aku nggak pernah denger keluar dari mulutnya sebelumnya waktu Sakura nyakar-nyakar tasnya, trus Riddle mendadak bangun bikin aku langsung jatuh karena waktu itu aku dalam posisi menumpangkan kepalaku pada pinggang Riddle, dan masih banyak lagi), pas jam 7-an mamanya Kak Arta melongok ke tempat parkir sambil bilang “Siapa tuh yang dijemput? Mobilnya biru,” jadi aku melongok dan betul, itu mobilku. Jadi aku ngambil tas dan masuk mobil, dan berakhirlah 2 hariku bersama kakakku yang kusayang!

Friday, September 28, 2007

Bunyi Yang Paling Memekakkan Telinga Itu Adalah Keheningan.

Iya, aku tahu kok artikel baru ini agak aneh. Moso bunyi yang memekakkan telinga itu adalah keheningan. Tapi, yang pernah merasa nggak punya teman, dijauhi orang sekitar, dan nggak ada yang peduli pada dirinya walau sudah cari perhatian sebisa mungkin pasti ngerti.

Hari ini aku menemukan sesuatu yang penting—bahwa tak hanya aku yang tak punya teman di lingkungan sekitarku.

Panggillah dia Riddle. Aku menyamarkan nama aslinya karena, seperti yang harusnya sudah kau duga, aku tak mau menjadikan dia lebih dijauhi lagi karena dekat denganku, bahkan sehari ini saja. Walau begitu, diantara kalian yang paling tidak mengetahui nama asli Lord Voldemort (alias Dia Yang Namanya Tak Boleh Disebut, Kau-Tahu-Siapa, atau—ini favoritku—Pangeran Kegelapan), pernah membaca artikel di blog ini berjudul Kelas Paling Ajaib di Dunia, dan punya intuisi yang bagus, kemungkinan dapat menebak siapa yang kumaksud (perkecualian untuk murid SMPIA 19 Cibubur, tak perlu membaca artikel Kelas Paling Ajaib Di Dunia untuk mengetahui siapa yang kumaksud, cukup mengetahui nama asli Pangeran Kegelapan dan punya intuisi yang bagus).

Selama ini, Riddle kuanggap adalah anak yang punya banyak teman dan bersikap santai, juga tak ambil pusing soal nilai (toh nilainya tak terlalu buruk) pelajaran, dan hanya sekedar a classmate buatku. Tapi hari ini, aku di sekolah (itu karena aku MPK, sementara MPK dan OSIS masuk hari ini buat ngurusin sembako—Riddle adalah seorang anggota OSIS) sedang kesepian (dan bosan), memutuskan untuk menelepon ke rumah, minta untuk dijemput. Pada saat aku masuk ke TU, Riddle hanya terduduk dengan kepala terkulai begitu saja, memandang (kelihatannya ia benar-benar bosan seperti aku) cewek-cewek yang mengerubungi telepon. Aku duduk di sofa disamping Riddle.

“Oh, elu.” Dia kelihatan sangat tidak berminat melihat cewek-cewek yang ribut. “Nggak pulang lu Sa? Perasaan anak lain dah pada pulang deh.”

“Gue nggak tahu harus kemana,” kataku pelan. “Gue kesepian, gue nggak ada temen di sekolah...tapi kalo di rumah, gue juga nggak bisa ngapa-ngapain.”

“Sama, gua juga.” Sesaat kita diam. Riddle yang duluan memecah keheningan.

“Sa, memangnya lu ga punya mainan apa gitu sama sekali? PS?”

“Punya gue, cuma pasti dikuasain adek gue.”

“Komputer?”

“Punya sih, tapi komputer itu nggak terlalu seru dibanding PS. Gamenya terbatas, maennya pake mouse ato keyboard lagi. PS kan lebih enak dipegang, pake stik gitu.”

Riddle mengangguk pelan. “Setuju. Gua ga punya permainan yang bisa dimainin, PS juga dimonopoli adek gua, komputer juga nggak seru. Sementara temen...” Riddle menunduk. “Sejak gua pindah dari Semarang, temen-temen yang udah gua dapet hilang—mereka ada di Semarang. Gua kehilangan mereka. Gua nggak pernah srek dengan temen-temen gua sekarang ini—tak ada yang bisa memberi gua kepuasan waktu dulu di Semarang.”

Walaupun aku diam, tapi dalam hati aku tercengang. Riddle, yang disenangi untuk berteman oleh anak-anak, mengaku padaku yang bahkan dekat denganku aja enggak?

“Pindah rumah itu merepotkan,” kataku pelan. Riddle mengangguk pelan, bahkan lebih pelan dari anggukan tadi.

Tak lama, pintu TU terbuka.

Aku bisa merasakan emosiku yang terenyuh tadi mendadak menggelegak. Yang muncul dari pintu itu adalah Sulph, sekali lagi bukan nama asli (saking jijiknya aku tak ingin menyebutkan namanya), dan temannya...ehm...mungkin lebih pantas untuk menyebutnya bawahan, bernama Salt. 2 gadis sok keren ini berjalan dengan kegenitan luar biasa menuju meja TU untuk membayar sesuatu.

Tahu kenapa aku membencinya? Dia membuatku kehilangan 2 orang teman yang berharga. Akan kuceritakan di lain waktu.

Kembali ke 2 monyet pesolek, mereka terhenti ketika hendak keluar, mata mereka bertatapan dengan mata Riddle.

“Eh, elu, kakek,” kata Riddle dingin.

“Apa sih, songong lo,” sergah Sulph.

“Nah elu juga lagi, kakek buyut,” kata Riddle pelan pada Salt. “Pergi deh lu berdua.”

Aku mendapat kesan bahwa Riddle tahu aku membenci Sulph.

“Siapa juga yang mau ngedekem disini, wee!” dengan kata-kata itu, Sulph dan Salt ngeloyor pergi. Lalu masuk Pak Darus, salah satu guru yang aku suka cara ngajarnya.

“Eh, Galuh,” kata beliau. “Lagi ngapain? Kok nggak pulang?”

“Lagi nunggu yang jemput, pak,” senyumku.

“Terus, kalian ngapain disini? Jangan-jangan Galuh mau ngedeketin Riddle ya? Ato Riddle yang mau?” selidik Pak Darus.

Aku dan Riddle berpandangan, tersenyum, dan cepat-cepat membantah Pak Darus, merasakan perasaan akrab seakan kami sudah lama seperti ini.

Monday, September 10, 2007

I Found a Real Sasuke!!!


Hai, ketemu lagi ya. Aku lagi seneng...ato sedih...nggak tahu, deh. Yang jelas, aku ketemu sama Sasuke asli.

Iya, Sasuke asli. Sasuke di dunia nyata. Cakep abis, tapi agak disayangkan nilainya jeblok banget. Walo gitu tetep cakep. Ah...ga tau deh. Aku juga ga ngerti.

Lagipula namanya toh bukan Sasuke. Dia orang Indonesia kok. Tapi demi kepentingan image-ku, mending aku ga kasih tahu namanya, ya. Biar ga menimbulkan skandal.

BTW,ternyata suka sama orang itu ga enak lho. Paling nggak ga seenak di novel-novel TeenLit gitu. Kalo di novel kan enak tuh, hati serasa berbunga-bunga, selalu beruntung dan happy ending, lagi. Ternyata enggak, lho. Kalo aku, malah kesiksa abis. Setiap saat jantung serasa sakit banget. Trus, kalo ketemu dia, jadi merinding dan panas dingin. Apanya yang enak, coba. Bagi yang pernah suka sama orang, kira-kira kalian sama nggak kayak aku?

Dan, satu lagi, aku cuma suka sama dia doang. Titik, gak pake koma. Aku ga berusaha deketin dia ato apalah. Karena aku tahu, nggak mungkin aku bisa mencuri hatinya. Itu sih sama aja kayak impianku pengen punya Doraemon, ga mungkin terwujud deh. Mustahil. Ngeliat dia aja susah (dia ga sekelas sama aku, dan kalau ketemu pun aku jadi tiba-tiba inget kenangan buruk yang demi kepentingan bersama ga usah kuceritain), apalagi ngobrol atau PDKT. Lagian, apa pula gunanya PDKT? Nyape-nyapein aja.